Sabtu, 28 Oktober 2017

RTH SEKOLAH

Menambah Fungsi RTH Sekolah

    RTH (Ruang Teduh Hijau) bagi suatu kota ditentukan sebesar 30% dari luas kota tersebut dan 10% diantaranya diisyaratkan untuk RTH Publik salah satunya adalah sekolah. Sekolah sebagai tempat berkumpulnya anak usia belajar merupakan tempat yang perlu memiliki RTH mengingat kondisi di sekolah memerlukan suasana teduh, hijau dan berseri. Wajar jika sekolah juga diisyaratkan memiliki RTH sebesar 10% dari luas sekolah tersebut.
    Memanfaatkan ruang kosong sebagai tempat untuk hidup tumbuhan hijau dapat berupa tanaman menahun atau pun jenis bunga tertentu yang tahan panas sangat disarankan. Di SMP Negeri 2 Banyuwangi saat diluncurkannya lomba Banyuwangi Eco School, sedikit banyak wajah halaman cukup berubah semakin baik. Misalkan di depan kelas 7, 8, 9 kelas A terlihat perubahan dengan hadirnya taman-taman mini, serta di kelas sepanjang kelas 9F - 9H, 8g - 8H dan 7H.
    Meski pun ada beberapa kelas yang tidak memiliki taman mini, namun kelas tersebut juga memiliki ide kreatif dengan merancang dan membuat vertikal garden baik mempergunakan kerangka besi, paralon, atau pun berupa kayu, baik menggantung pot buatan sendiri dengan memanfaatkan botol-botol minuman mineral. Dilihat secara fisik, halaman SMP Negeri 2 Banyuwangi tampak berjajar pohon sawit, berbagai jenis palm, pohon klengkeng dan di sudut sekolah terdapat kebun pisang.
    Sumber air untuk merawat RTH mempergunakan pompa air dan juga air PAM dengan mempergunakan dua sistem sumber air di harapkan kestika musim kemarau sumber air dari pompa macet dapat di ganti dengan memanfaatkan air PAM dan sebagai antisipasinya disediakan tandon air dengan kapasitas besar. Bagaimana dengan pembinaan untuk peserta didik? Sekolah melalui organisasi OSIS, BES, Pramuka dan PMR, memiliki tanggung jawab pada lingkungan dengan di dukung sekolah sebagai pembina.

   
   

Jumat, 20 Oktober 2017

HEMAT ENERGI DI SEKOLAH

Berlomba Menghemat Energi    
Dengan Buka Tutup Hidup Matikan Kembali

SMP Negeri 2 Banyuwangi: Hemat
     Terbatasnya sumber energi yang tak terbarui sangatlah terbatas, artinya sumber daya alam ini dapat saja mengalami ketersediaan yang sedikit oleh karena itu dalam pemanfaatannya perlu dilakukan dengan bijak. Tidak hanya berprilakau hemat di rumah saja, namun prilaku hemat juga harus menjadi skala prioritas di lingkungan pendidikan khususnya di sekolah termasuk seluruh warga SMP Negeri 2 Banyuwangi.
     Sekolah sebagai tempat berkumpulnya peserta didik dalam menerima ilmu perlu mendapatkan perhatian khusus dari seluruh pemerhati lingkungan tak terkecuali Banyuwangi Eco School juga. Bijak dalam memanfaatkan energi berarti turut juga bereran dalam menunda rusak dan atau sulitnya sumber daya fosil atau pun air. Perbuatan hemat energi dalam hitungan detik bisa menyambung ketersediaan sumber daya alam dalam beberapa waktu tentunya lebih dari satu detik.
   Konsep eco school perlu di desain sesuai dengan kehidupan sekolah dengan melakukan penghematan energi listrik, penggunaan air yang dapat di daur ulang. Jika eco school selalu di identikan dengan limba organik dan an-organik, maka seringkali hemat energi menjadi masalah terpinggirkan, ketika di lapangan pun masalah hemat energi jauh tertinggal dari masalah kebersihan. Buktinya, masih banyak sekolah yang belum memunculkan poster hemat energi di kelas, kantor, kamar mandi dan lingkungan strategis sekolah lainnya.
     Mengajak siswa hemat energi juga tidak ada salahnya, karena bagaimana pun kebiasaan siswa dari rumah pastilah terbawa di sekolah. Kebiasaan tidak disiplin dalam memanfaatkan listrik dan air terkadang menjadi masalah yang terbawa dari rumah hingga ke sekolah. Dengan semangat "Buka Tutup Hidup Matikan Kembali" paling tidak memberikan pemahaman untuk hemat energi. Salah satu upaya hemat energi selain "Buka Tutup Hidup Matikan Kembali" adalah memanfaatkan tandon air sebagai sarana penghematan baik energi listrik namun juga untuk menghemat air.
     Pembinaan kesadaran lingkungan hidup melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari dapat membawa siswa lebih memahami dan dapat langsung mengaplikasikannya. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan para siswa sehari-hari, di dalamnya terdapat komponen-komponen kelingkungan serta keruangan. Jika sekolah tersebut ditata sedemikan rupa maka akan dapat menjadi wahana pembentukan prilaku arif terhadap lingkungan.
SMP Negeri 2 Banyuwangi: Ayo Hemat Energi
SMP Negeri 2 BAnyuwangi: Ayo Hemat
SMP Negeri 2 Banyuwangi: Yo Hemat Yuk...


Sabtu, 07 Oktober 2017

SEKOLAH DAN LINGKUNGAN

Belajar Peduli Limbah 
Dengan Keterampilan

SMP Negeri 2 Banyuwangi
     Hampir semua kegiatan manusia menghasilkan limbah, limbah yang diartikan sebagai sisa buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia seringkau berli menjadi masalah bagi manusia. Keberadaan limbah seakan-akan menjadi beban begitu berat entah bagi pemerintahan daerah mau pun masyarakat pada umumnya. Alasan tersebut memang benar adanya, berbagai macam cara usaha sudah banyak dilakukan mulai dari pembuatan pupuk hingga mengolah atau daur ulang kembali limbah.
     Dengan sederhana kita mengenal limbah organik dan anorganik, wujud dari limbah organik merupakan limbah yang memiliki unsur hidrokarbon (hidrogen dan karbon) yang mudah di uraikan oleh mikroorganisme, seperti jasad mahluk hidup, sisa makanan, tumbuhan dan termasuk kotoran hewan. Secara umum limbah organik dipergunakan sebagai kompos yang memiliki manfaat untuk menyuburkan tanaman.
     Adapun limbah anorganik merupakan limbah yang tidak memiliki unsur hidrokarbon (hidrogen dan karbon) sehingga tidak dapat di uraikan oleh mikroorganisme. Solusi untuk limbah anorganik adalah dengan melakukan daur ulang. Misalkan bahan limbah plastik dapat di manfaatkan kembali/di daur ulang menjadi biji plastik, limbah kertas dapat di daur ulang kembali menjadi kertas.
     Lalu, apakah di sekolah tidak ada limbah? Bagaimana pun di sekolah sebagai lingkungan tempat belajar tentunya masih menjadi tempat liambah baik organik mau pun anorganik, pemanfaatannya pun bermacam-macam. Tentunya yang sering dilakukan adalah menjual kembali limbah-limbah anorganik melalui bank sampah atau pun di jual di penampungan-penampungan limbah anorganik.
     Salah satu upaya memberikan pembekalan pendidikan ke peserta didik dalam memandang limbah anorganik khususnya adalah dengan menyisipkan pemanfaatan limbah anorganik dalam sebuah materi pelajaran keterampilan (KTSP) atau pun menyelipkan ke dalam materi Prakarya (K13). Dengan jumlah jam pelajaran dua jam bagi siswa merupakan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengetahuan sekaligus memberikan wawasan bahwa limbah anorganik masih tetap bisa di manfaatkan.
     Melalui materi keterampilan, prakarya dan bahkan seni budaya sekolah SMP Negeri 2 Banyuwangi berusaha memberikan bimbingan intensif bagi siswa agar kelak menjadi insan yang ramah lingkungan dan tahu bagaimana memanfaatkan limbah menjadi sebuah karya yang bernilai tinggi. Hal ini senada dengan harapan Banyuwangi yang masuk dalam nominasi kota wisata bersih se-ASEAN.
 
Guru Keterampilan SMP Negeri 2 Banyuwangi
SMP Negeri 2 Banyuwangi: Taman Kelas
Produk Limbah Organik dan Anorganik